Senin, 25 Oktober 2010

Kontroversi Clara Sumarwati Sang Penakluk Everest

Klaim Clara Sumarwati sebagai wanita Indonesia pertama yang berhasil mendaki puncak Gunung Everest menjadi kontroversi. Kisah kontroversi ini sudah terjadi sejak lama sebelum dia dirawat di RS Jiwa (RSJ) Prof dr Soerojo, Magelang. Di banyak kalangan para pendaki gunung, Clara tidak bisa membuktikan bahwa dia mencapai puncak Everest.

Clara yang kini berusia sekitar 45 tahun mengaku berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia, 8.848 mdpl, itu pada April 1996. Namun, dia tidak memiliki foto atau dokumentasi saat berada di puncak gunung yang jadi dambaan banyak pendaki itu.

Kisah kontroversi ini sudah menyebar luas, termasuk di media-media internet. Dan kisah ini mengemuka kembali setelah muncul pemberitaan Clara Sumarwati yang dirawat di RSJ.

Serka Asmujiono, prajurit TNI yang anggota Kopassus, merupakan salah seorang yang memiliki cerita tentang Clara. Dia mengaku bahwa di kalangan pendaki gunung, pengakuan Clara menjadi orang Indonesia pertama yang sampai ke puncak Everest memang diragukan, karena tidak ada bukti.

"Yang diperlukan bagi pendaki adalah kejujuran. Meski begitu, saya pribadi sangat bangga terjadap Ibu Clara karena beliau adalah perempuan yang berani mendaki Everest, terlepas beliau sampai puncak atau tidak," ujar Asmujiono, kini berusia 39 tahun, saat berbincang-bincang dengan detikcom, Selasa (13/10/2009).

Asmujiono menyampaikan sebuah cerita mengapa klaim Clara bisa mencapai puncak Everest diragukan. Suatu saat pada tahun 1997, Tim Kopassus bersama Wanadri, Mapala UI, Rakata, RCTI, dan beberapa kelompok pecinta alam lainnya tengah bersiap untuk melakukan ekspedisi Everest. Agar misi itu sukses, segala persiapan dilakukan, termasuk tim meminta kepada Clara berbagi sukses mencapai puncak Everest.


"Namun, meski kami meminta berkali-kali, Ibu Clara tidak pernah mau datang. Kami tidak tahu mengapa Ibu Clara tidak mau menghadiri undangan itu. Padahal Ibu Clara salah satu yang kami andalkan, agar kami juga bisa sukses mendaki puncak Everest," ujar Asmujiono.

Akhirnya tim diberangkatkan, meski gagal menghadirkan Clara saat persiapannya. Asmujiono yang saat itu berumur 25 tahun menjadi salah satu anggota tim.

"Akhirnya, tim kami berangkat ke sana untuk mendaki puncak Everest, sekaligus menelusuri klaim Ibu Clara apakah benar menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil mendaki puncak Everest. Kami menelusuri ini dengan dilatarbelakangi Ibu Clara yang tidak pernah mau berbagi kisah bagaimana bisa mencapai puncak," ujar dia.


Singkat kata, setelah mencari informasi ke berbagai pihak di Nepal, Asmujiono dan tim mendapat informasi bahwa Clara dan timnya pada 1996 memang mendaki gunung yang berada di Nepal itu. Namun, klaim Clara mencapai puncak Everest diragukan, karena tidak ada bukti.

Setahu Asmujiono, ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar dicatat sebagai pendaki puncak Everest. Selain mencatat waktu saat di puncak, pendaki juga harus menyerahkan bukti foto dan video di puncak Everest itu. Salah satu tanda puncak Everest adalah tiang segitiga yang menandakan titik paling tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar